Marhaban ya Ramadhan
Dalam catatan sejarah dan periwayatan sahabat, ditemukan beberapa kebiasaan penting Rasulullah saw menghadapi kedatangan tamu agung yaitu bulan suci Ramadhan. Pertama, Rasulullah saw memberitahukan dan mengingatkan anak dan istrinya, akan kedatangan Ramadhan yaitu bulan yang membawa keampunan, kemuliaan, barakah, penuh fadhilah dan bulan yang dapat mengangkat derajat seorang hamba menjadi muttaqin. Rasulullah saw juga mengajak keluarganya mempersiapkan diri secara fisik dan mental, untuk menjalankan ibadah secara maksimal di bulan Ramadhan, baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah (ibadah sosial).
Dalam catatan sejarah dan periwayatan sahabat, ditemukan beberapa kebiasaan penting Rasulullah saw menghadapi kedatangan tamu agung yaitu bulan suci Ramadhan. Pertama, Rasulullah saw memberitahukan dan mengingatkan anak dan istrinya, akan kedatangan Ramadhan yaitu bulan yang membawa keampunan, kemuliaan, barakah, penuh fadhilah dan bulan yang dapat mengangkat derajat seorang hamba menjadi muttaqin. Rasulullah saw juga mengajak keluarganya mempersiapkan diri secara fisik dan mental, untuk menjalankan ibadah secara maksimal di bulan Ramadhan, baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah (ibadah sosial).
Kedua, Rasulullah saw memiliki tradisi di akhir Syakban yaitu memperkenalkan Ramadhan dan mengajarkan hikmahnya kepada sahabat. Ramadhan adalah salah satu bulan dari kalender Islam, yang memiliki keutamaan (fadhilah) lebih, bila dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Rasulullah saw menginformasikan filosofi, hikmah dan fadhilah Ramadhan kepada sahabat, agar termotivasi dan bersungguh-sungguh mengisi dan memanfaatkan Saidus-Syuhur sebagai bulan umatKu, kata Rasulullah saw.
Ketiga, Rasulullah saw mengencangkan ikat pinggangnya pada hari-hari terakhir Ramadhan. Makna kencangkan ikat pinggang dipahami para ulama dalam arti kiasan (majaz), dan bukan dalam makna tersurat berupa sabuk atau ikat pinggang harus ketat melekat pada pinggang. Makna yang sebenarnya adalah pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah saw menunjukan sikap mulia kepada kita betapa sungguh beliau memanfaatkan hari-hari terakhir Ramadhan penuh dengan qiyamul lail; tarawih, membaca Alquran, i’tikaf, zikir, berdoa, shalat jamaah, majelis ilmu, infaq, sadaqah dan berbagai macam ibadah lainnya.
Marhaban ya Ramadhan
Kehadiran Ramadhan di tengah kaum muslimin, memiliki kebanggaan dan makna tersendiri. Rasulullah saw menginformasikan kepada kita bahwa orang yang senang dan gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan, maka Allah Swt akan melindungi jasadnya dari jilatan api neraka. Kegembiraan yang muncul dari kalangan kaum muslimin, dikarenakan bulan yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ramadhan membawa rahmat, maghfirah dan melepaskan kita dari kungkungan api neraka.
Kehadiran Ramadhan di tengah kaum muslimin, memiliki kebanggaan dan makna tersendiri. Rasulullah saw menginformasikan kepada kita bahwa orang yang senang dan gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan, maka Allah Swt akan melindungi jasadnya dari jilatan api neraka. Kegembiraan yang muncul dari kalangan kaum muslimin, dikarenakan bulan yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ramadhan membawa rahmat, maghfirah dan melepaskan kita dari kungkungan api neraka.
Marhaban ya Ramadhan
Dalam catatan sejarah dan periwayatan sahabat, ditemukan beberapa kebiasaan penting Rasulullah saw menghadapi kedatangan tamu agung yaitu bulan suci Ramadhan. Pertama, Rasulullah saw memberitahukan dan mengingatkan anak dan istrinya, akan kedatangan Ramadhan yaitu bulan yang membawa keampunan, kemuliaan, barakah, penuh fadhilah dan bulan yang dapat mengangkat derajat seorang hamba menjadi muttaqin. Rasulullah saw juga mengajak keluarganya mempersiapkan diri secara fisik dan mental, untuk menjalankan ibadah secara maksimal di bulan Ramadhan, baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah (ibadah sosial).
Dalam catatan sejarah dan periwayatan sahabat, ditemukan beberapa kebiasaan penting Rasulullah saw menghadapi kedatangan tamu agung yaitu bulan suci Ramadhan. Pertama, Rasulullah saw memberitahukan dan mengingatkan anak dan istrinya, akan kedatangan Ramadhan yaitu bulan yang membawa keampunan, kemuliaan, barakah, penuh fadhilah dan bulan yang dapat mengangkat derajat seorang hamba menjadi muttaqin. Rasulullah saw juga mengajak keluarganya mempersiapkan diri secara fisik dan mental, untuk menjalankan ibadah secara maksimal di bulan Ramadhan, baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah (ibadah sosial).
Kedua, Rasulullah saw memiliki tradisi di akhir Syakban yaitu memperkenalkan Ramadhan dan mengajarkan hikmahnya kepada sahabat. Ramadhan adalah salah satu bulan dari kalender Islam, yang memiliki keutamaan (fadhilah) lebih, bila dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Rasulullah saw menginformasikan filosofi, hikmah dan fadhilah Ramadhan kepada sahabat, agar termotivasi dan bersungguh-sungguh mengisi dan memanfaatkan Saidus-Syuhur sebagai bulan umatKu, kata Rasulullah saw.
Ketiga, Rasulullah saw mengencangkan ikat pinggangnya pada hari-hari terakhir Ramadhan. Makna kencangkan ikat pinggang dipahami para ulama dalam arti kiasan (majaz), dan bukan dalam makna tersurat berupa sabuk atau ikat pinggang harus ketat melekat pada pinggang. Makna yang sebenarnya adalah pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah saw menunjukan sikap mulia kepada kita betapa sungguh beliau memanfaatkan hari-hari terakhir Ramadhan penuh dengan qiyamul lail; tarawih, membaca Alquran, i’tikaf, zikir, berdoa, shalat jamaah, majelis ilmu, infaq, sadaqah dan berbagai macam ibadah lainnya.
Marhaban ya Ramadhan
Kehadiran Ramadhan di tengah kaum muslimin, memiliki kebanggaan dan makna tersendiri. Rasulullah saw menginformasikan kepada kita bahwa orang yang senang dan gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan, maka Allah Swt akan melindungi jasadnya dari jilatan api neraka. Kegembiraan yang muncul dari kalangan kaum muslimin, dikarenakan bulan yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ramadhan membawa rahmat, maghfirah dan melepaskan kita dari kungkungan api neraka.
Kehadiran Ramadhan di tengah kaum muslimin, memiliki kebanggaan dan makna tersendiri. Rasulullah saw menginformasikan kepada kita bahwa orang yang senang dan gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan, maka Allah Swt akan melindungi jasadnya dari jilatan api neraka. Kegembiraan yang muncul dari kalangan kaum muslimin, dikarenakan bulan yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ramadhan membawa rahmat, maghfirah dan melepaskan kita dari kungkungan api neraka.
Ramadhan adalah bulan agung, dan bulan penyucian jiwa umat Islam. Nilai kemuliaan dan keutamaan Ramadhan cukup besar, sehingga Rasulullah saw mendeskripsikan dalam satu sabdanya: “Jika umatku mengetahui keutamaan Ramadhan, maka mereka akan meminta agar Allah menjadikan Ramadhan sepanjang tahun.” Sabda ini menggambarkan Ramadhan memiliki “keajaiban” luar biasa bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Orang yang melaksanakan ibadah shalat sunat di bulan Ramadhan, sama dengan nilai ibadah shalat wajib pada bulan-bulan lainnya.
Ramadhan memiliki satu malam istimewa yang dikenal dengan Lailatul Qadar. Malam ini memiliki nilai lebih baik dari seribu bulan. Ramadhan datang membawa pintu rahmat, ampunan dan membebaskan orang beriman dari jilatan api neraka. Ramadhan memberikan peluang dan kesempatan bagi umat Islam untuk memperbaiki diri, meningkatkan keimanan, memperbanyak ibadah, dan memberikan kesempatan untuk menaikkan tingkat (grade) kemanusiaan menjadi derajat muttaqin. Oleh karenanya, sangat beruntung orang yang memanfaatkan Ramadhan dengan ibadah maksimal, baik ibadah ritual maupun ibadah sosial.
Marhaban ya Ramadhan
Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan ditegaskan Allah Swt dalam firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang sebelummu, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 183). Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Ramadhan merupakan sarana untuk mencapai derajat muttaqin, yaitu orang yang bertakwa kepada Allah, menjalankan seluruh ajarannya dan meninggalkan seluruh larangannnya, sehingga ia benar-benar diampuni dosanya oleh Allah Swt. Muttaqin hanya dapat digapai melalui puasa Ramadhan yang dilakukan seseorang dengan penuh keimanan dan kesadaran kepada Allah Swt. Rasulullah saw menyebutkan dalam sabdanya: “Barangsiapa yang berpuasa karena penuh keimanan dan kesadaran, maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu.”
Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan ditegaskan Allah Swt dalam firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang sebelummu, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 183). Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Ramadhan merupakan sarana untuk mencapai derajat muttaqin, yaitu orang yang bertakwa kepada Allah, menjalankan seluruh ajarannya dan meninggalkan seluruh larangannnya, sehingga ia benar-benar diampuni dosanya oleh Allah Swt. Muttaqin hanya dapat digapai melalui puasa Ramadhan yang dilakukan seseorang dengan penuh keimanan dan kesadaran kepada Allah Swt. Rasulullah saw menyebutkan dalam sabdanya: “Barangsiapa yang berpuasa karena penuh keimanan dan kesadaran, maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu.”
Manusia merasakan dirinya sebagai makhluk yang lemah dan tidak terbebas dari noda dan dosa. Menghapuskan dosa bukanlah persoalan mudah, tetapi haruslah melalui tahapan panjang berupa tobat, yang dimulai dengan kesadaran dan berkomitmen untuk tidak mengulangi perbuatan dosa. Kehadiran Ramadhan membuka lebar pintu tobat dan ampunan Allah Swt kepada setiap kaum muslimin. Bersih dari dosa dan terbebas dari api neraka, merupakan cita-cita kaum muslimin. Pembersihan dosa dan peningkatan nilai ibadah melalui Ramadhan akan mengantarkan individu menjadi insan-insan muttaqin.
Dalam bulan Ramadhan, Allah Swt berjanji membuka pintu sorga dan mengunci pintu neraka serta merantai syaitan-syaitan. Makna kiasan ini semestinya dipahami kaum muslimin sebagai paradigma Ramadhan, bahwa berlomba-lombalah dalam kebajikan dan bersungguh-sungguhlah dalam mengisi hari- dan malam-malam Ramadhan dengan puasa, qiyamul-lail, membaca Alquran, i’tikaf, membantu fakir miskin, anak yatim, orang lemah, dan berbagai ibadah lainnya. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan dan kemudahan bagi kita dalam mengemban amanah mulia membumikan syariat Islam di tanah Serambi Mekkah. Wallahu a’lam.
sumber : Ramadhan Mubarak
sumber : Ramadhan Mubarak
0 komentar:
Posting Komentar